38 Tahun jadi sopir taksi, dari dirampok sampai debat dengan polisi
Rabu, 27 Januari 2016 09:03
Merdeka.com - Jejaring sosial dihebohkan dengan beredarnya video seorang sopir taksi beradu argumen dengan polisi saat hendak ditilang di Jalan Hayam Wuruk, tepatnya di depan Harco Glodok, Desember 2015. Mereka berdebat soal pengertian berhenti dan parkir.
Adalah Abuyanis (64), sopir taksi yang justru menjelaskan pada polisi soal perbedaan parkir dan berhenti. Polisi ngotot mengatakanAbuyanismelanggar aturan karena parkir di area yangterlarang.
Padahal, kataAbuyanis,dia hanya berhenti bukan parkir.
Dalam video tersebut, pria asal Lubuk Basung, Kabupaten Agam, Sumatera Barat ini terlihat ngeyel saat polisi menilangnya. Namun tak banyak yang tahu, kakek empat cucu ini cukup ramah.
Dia lantas menceritakan sedikit pengalamannya selama 38 tahun menjadi sopir taksi Express.
Pernah suatu waktu, dia bertemu penumpang perempuan yang hendak melaksanakan wisuda. Penumpang itu telah memesan taksi namun tak kunjung datang.Abuyanislangsung menawarkan dirimengantarkan ke tempat tujuan. Sepanjang perjalanan, keduanya saling berbagi cerita. Penumpang itu bercerita melanjutkan kuliah dengan biaya sendiri. Orang tuanya tidak tahu soal biaya kuliah.Abuyanisterkesan dengan perjuangan gadis tersebut.
Saat tiba di lokasi yang dituju,Abuyanismelihat si gadis nampak kebingungan dengan angka yangtertera di argo taksi putihnya. Melihat itu dia langsung menurunkan ongkos yang harus dibayar.
"Harusnya dia bayar Rp 275.000 karena jauh ke Bekasi. Tapi ya saya bilang dibayar Rp 200.000 saja. Si mbaknya bilang 'apa bapak nggak rugi?' Ya saya bilang 'Saya enggak pernah rugi, dari kampung saja enggak bawa apa-apa'," ceritaAbuyanissambil tertawa.
Abuyanisikhlas menurunkan ongkos dengan harapan keputusannya itu membantu penumpangnya. Dia melakukan itu karena merasakan betul sulitnya merantau. Sehingga dia mencoba membantu siapa saja yang membutuhkan.
Dia kembali melanjutkan ceritanya. Dia punya pengalaman pahit yang diterima selama menjadi sopir taksi di Jakarta. Bapak empat anak ini pernah jadi korban tindakan kriminalitas.
Dia ditodong penumpangnya di Palmerah, Jakarta Barat.
Ceritanya, saat mengantar penumpang, di tengah jalan dia diminta berhenti. Penumpang adalah raja,Abuyanismemenuhipermintaan penumpangnya. Tapi tiba-tiba sebilah pisau dilingkarkan di leher bagian belakangnya.
"Pas saya berhenti, sreet itu pisau cutter sudah di leher saya sebelah sini," cerita Abuyanis sambil menunjukkan bagian leher yang pernah terluka.
Tidak ingin nyawanya melayang, dengan terpaksa dia menyerahkan uang setoran pada perampok yang menumpang taksinya. Tak ada yang bisa dilakukannya, jika berteriak bisa saja penumpangnya bertindak nekat.
Meski punya pengalaman pahit, dia tidak kapok dan tetap memilih menjalani profesi sebagai sopir taksi yang diyakininya sebagai panggilan hati. Sempat menjadi guru, namun profesi itu akhirnya ditinggalkan.
"Dulu saya pernah jadi guru, tapi jiwa saya berdagang. Ada tawaran lagi waktu itu jadi guru SD tapi saya tolak. Sampai akhirnya saya lebih memilih jadi sopir taksi. Kerjanya enak," tuturAbuyanis.
No comments:
Post a Comment