Monday, April 18, 2016

Mengapa Uber akan gagal atau berhasil di Jakarta


Joshua Kevin adalah mantan community manager KakaoTalk Indonesia dan blogger di Tech in Asia. Ia kini tengah bekerja di Bridge Inc yang didirikannya untuk membantu startup di Indonesia.


Uber, yang baru saja memperoleh pendanaan USD 1,2 miliar dan memiliki valuasi senilai USD 17 miliar, baru-baru ini mengadakan acara di Jakarta.
Seperti langkah Uber pada umumnya, perusahaan ini akan melakukan soft launch, dimana mobil rahasia Uber akan diluncurkan di Jakarta dalam beberapa minggu mendatang. Sedangkan peluncuran resminya akan dilakukan setelah perusahaan ini merekrut tim inti (berjumlah tiga orang).
Waktunya sangat tepat, karena tampaknya ada permintaan untuk Uber di Indonesia. Namun negara ini juga bisa menjadi salah satu target ekspansi yang paling sulit. Berikut ini alasannya:

1. Sudah ada banyak pilihan

Rata-rata warga Jakarta menggunakan Transjakarta atau kendaraan umum lainnya. Warga kelas menengah mengendarai mobil mereka sendiri, dimana mereka bisa berkendara dengan nyaman meskipun macet masih menjadi masalah. Bagi mereka yang belum mampu membeli mobil, mereka bisa menggunakan taksi. Ada Blue Bird – yang merupakan brand taksi yang paling dipercaya – Express Taxi, dan perusahaan taksi yang lebih kecil lainnya seperti Taxiku. Uber tidak mungkin bersaing dengan mereka, terutama di kondisi lalu lintas yang super macet di kota ini.

2. Penetrasi smartphone masih rendah dan kondisi 3G di Indonesia, bahkan di Jakarta, masih buruk

Pengguna Uber menggunakan aplikasi ini untuk membuat reservasi. Namun penetrasi smartphone di Indonesia masih rendah. Ditambah lagi, jaringan 3G di negara ini tidak konsisten. Sulit untuk mendapatkan koneksi yang stabil bahkan di daerah pusat bisnis. Untuk mengatasi hal ini, Bluebird atau Express mengandalkan call center. Tapi Uber belum menerapkan cara tersebut.

3. Pembayaran

Salah satu keuntungan Uber adalah kemudahan penggunaannya. Anda tidak perlu membayar dengan uang tunai. Tapi ini juga menjadi masalah di Indonesia, dimana penetrasi kartu kredit masih rendah, yakni hanya memiliki sekitar 14 juta kartu kredit atau kurang dari 10 persen populasi di negara ini (yang berjumlah lebih dari 230 juta orang). Uber mungkin perlu menerima pembayaran melalui kartu debit, kredit virtual, atau bahkan membuat model prabayar agar memiliki kesempatan di Indonesia.
(Baca juga: Sedang keliling Asia? 10 aplikasi taksi ini bisa menjadi teman perjalanan Anda)

Jika di awal kita membahas tentang keraguan terhadap kesuksesan Uber, berikut beberapa alasan mengapa Uber bisa berhasil di Indonesia:

1. Uber adalah sebuah brand lifestyle

Uber bukan hanya sebuah perusahaan yang akan membawa Anda dari titik A ke B. Perusahaan ini tidak bersaing dengan transportasi yang lebih murah. Sebaliknya, Uber ingin menjadi Apple atau Starbucks-nya transportasi. Meskipun orang luar negeri menganggap Indonesia sebagai “negara miskin”, banyak orang Indonesia mampu membeli Starbucks. Dan jika mereka mampu untuk membeli Starbucks, mereka pasti bisa (dan mampu) menggunakan jasa Uber.

2. Masalah teknologi di Jakarta bisa diperbaiki

Sebagai ibu kota negara, Jakarta memiliki penetrasi smartphone tertinggi di Indonesia dengan lebih dari 20 persen keluarga memiliki smartphone. Semakin banyak orang juga beralih dari feature phone ke smartphone Android yang murah. Sedangkan kelas menengah dan atas cenderung ingin memiliki Samsung atau iPhone. Hal tersebut tentunya merupakan bagus bagi Uber. Menyediakan pemesanan melalui call center bisa menjadi cara untuk mengatasi masalah buruknya jaringan.

3. Orang kaya di Indonesia memiliki kartu kredit

Penetrasi kartu kredit masih rendah di Indonesia. Tapi warga Jakarta mulai menggunakan kartu kredit untuk membeli barang-barang dari perusahaan e-commerce seperti Amazon, eBay, atau ASOS. Pemilik kartu kredit tersebut bisa menjadi calon pengguna potensial Uber. Meskipun uang tunai masih merajalela, jumlah pengguna kartu kredit di Jakarta untuk menjadi target Uber sudah cukup banyak.

4. Uber memiliki banyak uang

Pesaing terkenal Uber, GrabTaxi, mungkin bisa menjadi ancaman terbesar bagi mereka. Tapi menjadi pemain regional atau lokal tidaklah penting. Uber memiliki lebih banyak staff dengan tim ramping yang beroperasi di negara ini. Perusahaan ini juga didukung Google, sehingga Uber memiliki uang. Jika gagal, Uber masih memiliki ruang untuk bermanuver.
(Sumber gambar: Pengguna Flickr Daniel Dionne).


https://id.techinasia.com/mengapa-uber-akan-gagal-atau-berhasil-di-jakarta

No comments:

Post a Comment